BOJONEGORO – Desa Kedungdowo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ternyata memiliki pengusaha-pengusaha lokal yang potensial. Mereka telah berupaya mengembangkan berbagai usaha dengan memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar. Diantaranya usaha pengolahan limbah jadi pupuk organik.
Usaha warga tersebut di bawah bina usaha pupuk Griyorojokoyo di Dukuh Kedungdowo RT 02 RW 01 Desa Kedungdowo, Kecamatan Balen, yang dikembangkan oleh Abdul Mukharom.
Ditemui di lokasi usahanya, Abdul Mukarom mengatakan, limbah peternakan merupakan produk dari usaha peternakan warga sekitar. Selama ini keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Ternak (sapi) menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces dan urine).
“Serta sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Di Kedungdowo ada 300 sapi dimana per ekor bisa menghasilkan kurang lebih 5 kg limbah setiap harinya,” katanya, Rabu (9/3/2022).
Abdul Mukarom menjelaskan, usaha pupuk organiknya memiliki jumlah pekerja sebanyak 20 orang, sebagian ibu-ibu rumah tangga. Ini bisa membantu pendapatan keluarga mereka.
Harga produk kemasan hasil olahan limbah peternakan ukuran 25 kg dijual Rp 25 ribu dan kemasan 2,5 kg sebesar Rp 5 ribu. Pemasaran di wilayah Kabupaten Bojonegoro secara offline dan online.
“Satu hari menghasilkan 2 ton pupuk. Sebenarnya bisa lebih besar lagi namun terkendala kurangnya daya tampung tempat,” jelasnya.
Pupuk organik bisa dimanfaatkan untuk segala macam tanaman. Salah satunya dipakai untuk pupuk pisang cavendish yang menjadi primadona karena prospek pasar yang sangat menjanjikan.
“Terutama untuk segmen pasar modern, seperti minimarket dan supermarket hingga pasar internasional,” ujarnya.
Pupuk kompos atau organik merupakan salah satu pupuk favorit yang banyak digunakan karena berasal dari bahan yang tidak mengandung unsur kimia berbahaya dan bisa dibuat sendiri tanpa harus menggunakan alat-alat yang rumit.
Tidak hanya itu saja, lanjut Abdul Mukarom, tanaman hias yang diberikan pupuk kompos biasanya akan menghasilkan daun, buah dan bunga dengan kualitas yang baik.
Selain Mukarom, Winarsih pemilik usaha Bank Sampah Mawar di Desa Kedungdowo juga memiliki usaha sejenis dengan omset yang cukup baik.
Winarsih menceritakan usahanya berawal dari memanfaatkan bahan baku berambut yang melimpah dan keprihatinannya akan sampah. Dirinya berinisiasi untuk membuat pupuk dan media tanam organik dengan bahan dari berambut dan kotoran hewan.
Proses pembuatannya bahan dibakar selama 4 (empat) jam, setelah itu disiram, dan difermentasi selama 1 minggu. Ini dapat menghasilkan 16 bungkus dengan harga kemasan 2,5 kg sebesar Rp 5 ribu dengan omzet kurang lebih Rp 1 juta per bulan.
“Alhamdulillah bisa menambah penghasilan, dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya. (din/muh)
Tidak ada komentar